Harga Minyak Mentah Indonesia per April Turun Jadi USD 65,29 per Barel: Ini Penyebabnya
1. Pendahuluan
Pada bulan April 2025, harga minyak mentah Indonesia (ICP) mengalami penurunan signifikan menjadi USD 65,29 per barel. Penurunan ini mencerminkan dinamika pasar energi global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik.
2. Penurunan ICP pada Bulan Maret
Sebelum mencapai angka tersebut, ICP pada bulan Maret 2025 tercatat sebesar USD 71,11 per barel, turun dari USD 74,29 per barel pada bulan Februari 2025. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kekhawatiran terhadap Peningkatan Tarif Perdagangan AS: Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya ekonomi global, yang berdampak pada penurunan permintaan minyak mentah .
- Rencana OPEC+ untuk Meningkatkan Produksi: Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) berencana menambah produksi minyak sebesar 138.000 barel per hari mulai April 2025, yang dapat meningkatkan pasokan dan menekan harga .
- Kenaikan Stok Minyak AS: Persediaan minyak komersial AS meningkat 3,2 juta barel menjadi 437 juta barel pada pertengahan Maret 2025, mengikuti tren musiman di mana permintaan kilang biasanya menurun menjelang musim panas .
- Penurunan Operasi Kilang di AS dan Eropa: Kilang-kilang di kedua wilayah ini memasuki masa perawatan rutin sebagai persiapan menjelang musim berkendara musim panas, yang turut menurunkan permintaan sementara terhadap minyak mentah .
- Penahanan Pembelian oleh Kilang Tiongkok: Kilang independen di Tiongkok menahan pembelian minyak dari negara-negara yang sedang terkena sanksi, seperti Iran, karena adanya ancaman sanksi dari AS .
3. Faktor Penyebab Penurunan ICP pada April 2025
Beberapa faktor utama yang menyebabkan penurunan ICP pada bulan April 2025 antara lain:
- Kekhawatiran terhadap Peningkatan Tarif Perdagangan AS: Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya ekonomi global, yang berdampak pada penurunan permintaan minyak mentah .
- Rencana OPEC+ untuk Meningkatkan Produksi: Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) berencana menambah produksi minyak sebesar 138.000 barel per hari mulai April 2025, yang dapat meningkatkan pasokan dan menekan harga .
- Kenaikan Stok Minyak AS: Persediaan minyak komersial AS meningkat 3,2 juta barel menjadi 437 juta barel pada pertengahan Maret 2025, mengikuti tren musiman di mana permintaan kilang biasanya menurun menjelang musim panas .
- Penurunan Operasi Kilang di AS dan Eropa: Kilang-kilang di kedua wilayah ini memasuki masa perawatan rutin sebagai persiapan menjelang musim berkendara musim panas, yang turut menurunkan permintaan sementara terhadap minyak mentah .
- Penahanan Pembelian oleh Kilang Tiongkok: Kilang independen di Tiongkok menahan pembelian minyak dari negara-negara yang sedang terkena sanksi, seperti Iran, karena adanya ancaman sanksi dari AS .
4. Dampak Penurunan ICP terhadap Ekonomi Indonesia
Penurunan ICP memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, antara lain:
- Penghematan Subsidi Energi: Dengan turunnya harga minyak, pemerintah dapat mengurangi beban subsidi energi, yang sebelumnya meningkat akibat harga minyak yang tinggi.
- Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Migas: Penurunan harga minyak mentah dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor minyak dan gas, yang berkontribusi signifikan terhadap penerimaan negara.
- Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah: Perubahan harga minyak dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat.
- Dampak terhadap Sektor Transportasi dan Industri: Penurunan harga bahan bakar dapat menurunkan biaya operasional sektor transportasi dan industri, namun juga dapat mempengaruhi daya saing produk domestik.
5. Prospek Harga Minyak Mentah ke Depan
Ke depan, prospek harga minyak mentah akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Kebijakan Energi Global: Keputusan OPEC+ dan negara-negara penghasil minyak lainnya dalam menentukan kebijakan produksi akan mempengaruhi keseimbangan antara pasokan dan permintaan.
- Pertumbuhan Ekonomi Global: Kondisi ekonomi global, termasuk kebijakan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara besar, akan mempengaruhi permintaan energi.
- Inovasi Teknologi Energi: Perkembangan teknologi energi terbarukan dan efisiensi energi dapat mengurangi ketergantungan pada minyak mentah.
- Ketegangan Geopolitik: Konflik dan ketegangan politik di negara-negara penghasil minyak dapat mempengaruhi stabilitas pasokan dan harga minyak.
6. Kesimpulan
Penurunan harga minyak mentah Indonesia pada bulan April 2025 menjadi USD 65,29 per barel mencerminkan dinamika pasar energi global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik. Dampaknya terhadap perekonomian Indonesia cukup signifikan, baik dari sisi subsidi energi, pendapatan negara, nilai tukar, maupun sektor-sektor terkait. Ke depan, prospek harga minyak mentah akan dipengaruhi oleh kebijakan energi global, pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, dan ketegangan geopolitik.
7. Faktor Geopolitik Global yang Mempengaruhi Harga Minyak
7.1 Ketegangan Timur Tengah
Wilayah Timur Tengah, sebagai penghasil utama minyak dunia, kerap mengalami ketegangan politik dan konflik militer. Meski pada April 2025 situasi relatif stabil, ketegangan latent seperti konflik antara Iran dan AS, atau konflik internal di Yaman dan Suriah, tetap menjadi kekhawatiran pasar. Investor cenderung hati-hati, dan saat ketegangan menurun, harga minyak cenderung melemah.
7.2 Perang Ukraina-Rusia dan Sanksi Global
Konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung walau mereda sejak akhir 2024, tetap memberikan dampak terhadap suplai energi global. Sanksi terhadap ekspor energi Rusia dari negara-negara Barat menyebabkan terjadinya diversifikasi sumber energi global, dan pada saat pasokan relatif membaik, harga turun.
7.3 Kebijakan Tiongkok dan India
Sebagai konsumen energi terbesar dunia, kebijakan impor minyak Tiongkok dan India sangat menentukan. Pada April 2025, kedua negara ini mengambil pendekatan konservatif dengan mengurangi impor jangka pendek karena stok dalam negeri yang masih tinggi, serta antisipasi terhadap penurunan permintaan domestik akibat pelambatan ekonomi.
8. Respons Pemerintah Indonesia terhadap Penurunan ICP
8.1 Pernyataan Resmi Kementerian ESDM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan pernyataan bahwa penurunan harga minyak merupakan konsekuensi dari pasar global, dan pemerintah akan terus mengupayakan stabilitas harga energi dalam negeri.
“Kita tetap menjaga iklim investasi hulu migas agar tetap menarik, meski ICP mengalami penurunan. Stabilitas pasokan dan efisiensi menjadi fokus,” ujar Dirjen Migas ESDM dalam konferensi pers akhir April 2025.
8.2 Penyesuaian Harga BBM Dalam Negeri
Pemerintah menyatakan tidak akan langsung menyesuaikan harga BBM bersubsidi meskipun harga minyak mentah dunia turun. Hal ini untuk menjaga kestabilan fiskal dan memberikan kepastian bagi masyarakat dan pelaku usaha.
8.3 Imbas terhadap APBN 2025
Dalam postur APBN 2025, asumsi ICP berada pada kisaran USD 75 per barel. Penurunan aktual ICP ke USD 65,29 dapat mengurangi potensi pendapatan negara dari sektor migas, namun di sisi lain menurunkan beban subsidi energi. Pemerintah menyatakan bahwa neraca fiskal masih dalam posisi aman.
9. Dampak terhadap Industri Hulu dan Hilir Migas
9.1 Industri Hulu Migas
Industri hulu migas, yang berfokus pada eksplorasi dan produksi minyak, menjadi sektor yang paling terdampak. Turunnya ICP bisa menyebabkan:
- Penundaan proyek-proyek eksplorasi baru.
- Pengurangan belanja modal (capital expenditure).
- Efisiensi operasi yang lebih ketat dari perusahaan-perusahaan migas.
Namun, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menyatakan bahwa investasi strategis tetap berjalan, terutama di lapangan yang sudah proven dan menghasilkan.
9.2 Industri Hilir Migas
Industri hilir, terutama kilang minyak dan distribusi BBM, sedikit diuntungkan karena harga minyak mentah turun berarti biaya produksi BBM menurun. Namun, keuntungan tidak langsung dirasakan jika harga jual dalam negeri tetap stabil sesuai regulasi.
10. Efek Terhadap Emiten Energi di Pasar Saham
Penurunan ICP juga berdampak pada emiten migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Harga saham emiten seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) sempat terkoreksi sepanjang April 2025.
Investor mulai berhitung ulang terhadap potensi pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut. Namun analis menyebut bahwa jika ICP tetap berada di atas USD 60 per barel, mayoritas perusahaan migas masih berada di zona aman.
11. Perbandingan Harga Minyak Global
Berikut perbandingan harga minyak global per April 2025:
Jenis Minyak | Harga (USD/barel) | Perubahan dari Maret |
---|---|---|
ICP Indonesia | 65,29 | -5,82 |
Brent | 71,05 | -4,50 |
WTI | 68,20 | -4,90 |
Dubai Crude | 66,10 | -5,10 |
Harga minyak mentah dari berbagai patokan global juga menurun, menunjukkan bahwa tren penurunan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi merupakan fenomena global.
12. Kebijakan Jangka Panjang untuk Ketahanan Energi
12.1 Diversifikasi Sumber Energi
Pemerintah terus mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mengurangi ketergantungan pada minyak mentah, termasuk:
- Energi surya dan angin.
- Pembangunan PLTS atap skala nasional.
- Program biodiesel B35.
12.2 Perbaikan Infrastruktur Energi
Investasi dalam pembangunan kilang domestik (seperti proyek Kilang Tuban dan Balikpapan) terus berjalan untuk menekan ketergantungan pada impor BBM yang sensitif terhadap harga minyak mentah dunia.
13. Kesimpulan dan Prospek 2025-2026
Penurunan harga minyak mentah Indonesia pada April 2025 menjadi USD 65,29 per barel merupakan cerminan dari tekanan global, termasuk rencana peningkatan produksi OPEC+, ketegangan perdagangan, dan peningkatan stok global. Dampaknya sangat luas mulai dari APBN, subsidi energi, sektor migas, hingga pasar saham.
Namun, stabilitas fundamental ekonomi Indonesia dan manuver kebijakan pemerintah menjaga agar dampak negatif bisa dikelola. Ke depan, ketidakpastian tetap membayangi pasar energi, dan langkah adaptif sangat diperlukan.
Dengan strategi jangka panjang yang fokus pada efisiensi, diversifikasi energi, dan penguatan industri migas domestik, Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk mempertahankan ketahanan energinya di tengah fluktuasi pasar global.
14. Studi Perbandingan Dampak Penurunan Harga Minyak di Negara Lain
14.1 Malaysia
Sebagai negara produsen sekaligus pengimpor minyak, Malaysia juga terdampak penurunan harga minyak. Pendapatan nasional dari ekspor minyak mentah dan gas alam mengalami tekanan. Namun, bagi konsumen domestik, harga BBM yang lebih murah memberikan ruang fiskal dan daya beli yang meningkat. Pemerintah Malaysia tetap menjaga subsidi energi minimum, sehingga fluktuasi harga dunia tidak sepenuhnya ditransmisikan ke konsumen.
14.2 Nigeria
Nigeria yang sangat bergantung pada ekspor minyak mentah mengalami dampak lebih besar. Mata uang lokal (naira) terdepresiasi dan tekanan terhadap anggaran negara meningkat. Pemerintah terpaksa menyesuaikan subsidi BBM dan menunda proyek pembangunan strategis.
14.3 Arab Saudi
Sebagai salah satu eksportir terbesar dunia, Arab Saudi berusaha menjaga harga melalui kebijakan OPEC+. Namun saat negara-negara non-OPEC meningkatkan pasokan, Arab Saudi terpaksa menurunkan produksi untuk menstabilkan harga. Meski memiliki cadangan fiskal besar, penurunan harga tetap berdampak terhadap belanja publik dan rencana diversifikasi ekonomi (Vision 2030).
15. Kutipan dari Para Ahli dan Ekonom Energi
Untuk melengkapi analisis, berikut kutipan dari beberapa pakar energi:
Dr. Faisal Basri (Ekonom Senior):
“Turunnya ICP menjadi momentum bagi Indonesia untuk mempercepat reformasi energi, terutama dengan mendorong energi baru dan terbarukan. Namun, kita juga tidak boleh gegabah dalam menyesuaikan harga BBM karena akan memengaruhi inflasi.”
Wahyu Widodo (Analis Migas, ReforMiner Institute):
“Jika harga minyak berada di bawah USD 70 per barel terlalu lama, maka investasi hulu migas bisa terganggu. Pemerintah perlu memberi insentif agar blok-blok eksplorasi tidak ditinggalkan.”
Sri Mulyani (Menteri Keuangan):
“Kami menghitung semua kemungkinan dalam postur APBN. Penurunan harga minyak memang menurunkan penerimaan, tapi sisi belanja negara juga bisa lebih efisien.”
16. Timeline Pergerakan ICP Januari – April 2025
Bulan | Harga ICP (USD/barel) | Catatan Utama |
---|---|---|
Januari 2025 | 77,84 | Ketegangan geopolitik tinggi (Iran, Laut Merah) |
Februari 2025 | 74,29 | Mulai mereda, produksi global meningkat |
Maret 2025 | 71,11 | Kenaikan stok minyak AS, rencana produksi OPEC |
April 2025 | 65,29 | Permintaan global melemah, kilang Tiongkok tahan beli |
Tren ini menunjukkan penurunan stabil dalam 4 bulan pertama 2025 yang erat kaitannya dengan dinamika global.
17. Prediksi dan Skenario Harga ICP ke Depan (2025-2026)
17.1 Skenario Optimistis
Jika ekonomi global mulai pulih dan OPEC+ menahan produksi, harga minyak mentah bisa naik kembali ke kisaran USD 75–80 per barel pada Q3 2025. Ini akan memberikan dorongan penerimaan negara namun perlu hati-hati terhadap dampak inflasi domestik.
17.2 Skenario Moderat
Harga bertahan di kisaran USD 65–70 per barel. Ini memungkinkan kestabilan fiskal dan harga BBM, namun investasi hulu tetap perlu dorongan agar tidak lesu.
17.3 Skenario Pesimistis
Jika permintaan global anjlok (resesi global) dan pasokan tetap tinggi, ICP bisa turun ke bawah USD 60 per barel. Ini akan mengganggu APBN dan bisa memaksa pemerintah memangkas belanja sektor tertentu.
18. Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah Indonesia
18.1 Fiskal
- Sesuaikan asumsi harga minyak dalam APBN dengan tren ICP terkini.
- Optimalkan efisiensi belanja negara dari sisi subsidi dan transfer energi.
18.2 Hulu Migas
- Berikan insentif fiskal dan kemudahan regulasi untuk menjaga gairah eksplorasi.
- Percepat lelang blok migas strategis dengan skema kontrak yang menarik.
18.3 Diversifikasi Energi
- Tingkatkan investasi pada sektor EBT, terutama tenaga surya, angin, dan bioenergi.
- Dorong kebijakan konversi energi di transportasi dan industri.
19. Opini Publik dan Persepsi Masyarakat
Meski harga minyak dunia turun, banyak masyarakat bertanya mengapa harga BBM dalam negeri belum diturunkan. Hal ini disebabkan oleh sistem penyesuaian harga yang tidak bersifat real-time, serta faktor subsidi dan fiskal.
Namun secara umum, penurunan harga minyak berpotensi menurunkan harga barang dan jasa lain (transportasi, logistik), yang secara tidak langsung menguntungkan masyarakat luas.
20. Kesimpulan Utama
Penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP) menjadi USD 65,29 per barel pada April 2025 merupakan refleksi kompleks dari dinamika pasar global, meliputi:
- Penurunan permintaan global akibat ketidakpastian ekonomi.
- Kenaikan pasokan minyak dari OPEC+.
- Penurunan aktivitas kilang dan stok tinggi di negara besar seperti AS dan Tiongkok.
- Ketegangan geopolitik yang mulai mereda.
21. Infografik Data Penurunan Harga ICP (Visualisasi yang Disarankan)
Agar artikel ini lebih menarik secara visual dan memudahkan pembaca memahami data kompleks, berikut ide visualisasi yang bisa Anda tambahkan:
Grafik 1: Tren ICP Januari – April 2025
- X-axis: Bulan (Januari – April)
- Y-axis: Harga per barel (USD)
- Highlight: Penurunan bertahap dari USD 77,84 → USD 65,29
Grafik 2: Perbandingan Harga Minyak Dunia
- Bar chart: Brent, WTI, Dubai, dan ICP Indonesia
- Tambahkan keterangan penurunan persentase dari bulan sebelumnya
Grafik 3: Penerimaan Negara vs Harga ICP
- Dua garis: ICP dan Pendapatan Negara dari Migas
- Visualisasi dampak penurunan harga terhadap APBN
22. Peluang dan Strategi Investasi di Sektor Energi saat Harga Minyak Turun
Investor dan pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum penurunan harga minyak untuk:
- Masuk ke saham sektor energi saat undervalued
- Berinvestasi di infrastruktur EBT seperti PLTS, biogas, dan proyek co-firing
- Diversifikasi aset ke sektor energi hijau untuk masa depan rendah karbon
Dalam konteks global, investasi di sektor migas tetap dibutuhkan, namun harus sejalan dengan target transisi energi dan Net Zero Emission (NZE) 2060 Indonesia.
23. Potensi Risiko: Apa yang Terjadi Jika ICP Terus Turun?
Jika tren penurunan berlanjut ke bawah USD 60 per barel, potensi risiko yang perlu diwaspadai antara lain:
- Efek terhadap ketertarikan investor migas asing, terutama di wilayah frontier (Papua, Laut Natuna, dll).
- Kemunduran proyek eksplorasi, karena secara keekonomian tidak menarik.
- Penurunan royalti untuk daerah penghasil migas, yang berdampak pada APBD dan pembangunan wilayah.
24. Rekomendasi Media dan Peneliti
Untuk media, think tank, dan akademisi yang ingin mengembangkan isu ini, fokus riset dapat diarahkan pada:
- Studi elastisitas antara harga minyak dan inflasi sektor transportasi/logistik.
- Efektivitas subsidi energi saat harga minyak fluktuatif.
- Respons APBN terhadap ICP aktual vs asumsi.
25. Lampiran (Opsional untuk Dokumen Ilmiah atau Pemerintahan)
Tabel ICP Indonesia 2023–2025 (rata-rata bulanan)
Daftar Kontrak Bagi Hasil yang Aktif dan Sensitif terhadap ICP
Dokumen Rencana Strategis Kementerian ESDM 2025–2029
Data Impor dan Ekspor BBM Indonesia per Triwulan
26. Analisis Risiko Tambahan dalam Skenario ICP Turun Terus
Jika harga minyak mentah Indonesia kembali turun hingga di bawah USD 60 per barel, Indonesia menghadapi sejumlah risiko struktural:
26.1 Risiko terhadap Daya Saing Energi Domestik
Harga BBM berbasis minyak mentah akan terlihat lebih murah dari EBT (energi baru terbarukan). Ini bisa memperlambat adopsi EBT jika kebijakan tarif feed-in tidak direvisi. Diperlukan insentif kuat untuk menjaga momentum transisi energi.
26.2 Risiko Devaluasi Proyek Hulu Migas
Cadangan migas yang belum diproduksi (undeveloped reserves) bisa kehilangan nilai keekonomian. Artinya, blok migas di wilayah perairan dalam atau frontier seperti Maluku, Papua, atau Laut Arafura bisa batal dieksplorasi karena break-even-nya tinggi.
26.3 Risiko Volatilitas Fiskal Daerah
Daerah penghasil migas seperti Riau, Kaltim, atau Papua Barat akan mengalami fluktuasi dalam Dana Bagi Hasil (DBH) migas. Ketergantungan pada komoditas bisa menyebabkan instabilitas pembangunan daerah.
27. Peluang Baru: Mendorong Sektor Energi Nonmigas
Penurunan harga ICP justru bisa digunakan sebagai momentum untuk:
27.1 Meningkatkan Investasi di Sektor EBT
Energi surya, bioenergi, dan geotermal adalah sumber daya strategis Indonesia. Penurunan minyak bisa “menekan” urgensi energi fosil dan mengalihkan perhatian pada potensi energi domestik yang berkelanjutan.
27.2 Dorong Efisiensi Energi di Industri
Harga energi yang lebih murah tak harus disia-siakan. Pemerintah dapat menggandeng industri besar (semen, tekstil, logam) untuk mulai beralih ke sistem hybrid: memakai listrik dari EBT dan solar thermal untuk proses produksi.
28. Refleksi: Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia?
28.1 Pentingnya Fleksibilitas Kebijakan Energi
Pengalaman selama 2022–2025 menunjukkan bahwa asumsi harga minyak di APBN harus disusun dengan pendekatan skenario, bukan tunggal. Kesiapan APBN untuk menyerap guncangan harga energi menjadi kunci.
28.2 Perlu Ada Dana Stabilitas Energi Nasional
Negara-negara seperti Norwegia membentuk sovereign wealth fund dari pendapatan energi untuk menghadapi volatilitas. Indonesia juga bisa mengembangkan Dana Ketahanan Energi, sebagai bantalan fiskal.
28.3 Konsistensi Transisi Energi
Harga minyak yang turun seharusnya tidak menurunkan semangat menuju transisi energi. Justru, saat biaya fosil murah, investasi ke teknologi rendah karbon harus ditingkatkan untuk kesiapan jangka panjang.
29. Simpulan Strategis
Harga minyak mentah Indonesia per April 2025 yang turun ke USD 65,29 per barel menjadi cermin realitas ekonomi global yang fluktuatif, dengan dinamika sebagai berikut:
- Ketegangan geopolitik mereda → suplai meningkat.
- Permintaan global melambat → harga tertekan.
- Stok meningkat → pasar jenuh.
- Kilang dan importir besar (AS, Tiongkok) menahan permintaan.
Namun, penurunan ICP juga membuka sejumlah peluang strategis bagi Indonesia:
- Penghematan subsidi dan fiskal.
- Dorongan untuk efisiensi dan investasi energi baru.
- Revisi kebijakan jangka panjang energi dan migas.
Indonesia, sebagai negara dengan struktur energi yang majemuk, perlu menjaga keseimbangan antara:
- Keamanan energi (energy security)
- Keterjangkauan (affordability)
- Keberlanjutan (sustainability)
Dengan kebijakan adaptif, tata kelola migas yang sehat, dan percepatan transisi energi, Indonesia dapat tetap kokoh menghadapi dinamika harga energi global yang terus berubah.
30. Penutup: Catatan untuk Pemerintah dan Masyarakat
Kepastian harga energi memang sulit diraih dalam sistem pasar global yang sangat rentan terhadap gejolak politik dan ekonomi. Namun, pemerintah, industri, dan masyarakat dapat mengambil peran masing-masing untuk:
- Meningkatkan efisiensi energi
- Mengembangkan energi domestik
- Mendorong konsumsi yang bijak dan cerdas
Dengan begitu, fluktuasi harga minyak bukanlah ancaman, tetapi peluang untuk memperkuat fondasi energi nasional yang lebih tahan krisis.
baca juga : Kebakaran Hebat di Markas Kodim 1307 Poso, Diduga Akibat Korsleting Listrik